Kita seringkali mengeluh seret soal rezeki, bener kan? Kadang-kadang kita bingung sebenernya kenapa sih Yang Maha Kuasa tidak mengabulkan doa/keinginan kita, apa Tuhan mau nguji kita atau Tuhan udah enggak sayang sama kita ?
Eits, jangan pernah ngomong gitu. Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik buat kita, "Tapi kok udah banting tulang kerja seharian hidup tetep gini2 aja (kalo kita menggerutu, hihihi)".
Sebenernya Tuhan bukan tidak mau mengabulkan doa atau mewujudkan keinginan kita, Justru kitalah yg enggak mau mematuhi hukum-hukum Dia yg disebut hukum LOA* ( Law of Attraction ). Ingatlah, doa itu terkait erat dengan LOA. Terbukti, orang atheis sekalipun dapat mewujudkan impiannya, semata-mata karena ia mematuhi hukum-hukum LOA.
LOA = Hukum Tarik-Menarik (Law of Attraction) yang intinya kulang lebih seperti ini: apa yg Anda pikirkan, itulah yg semesta berikan. Boleh juga dibilang, pikiran Anda-lah yg menarik segala sesuatu itu terjadi.
- Saat kita berusia 1 tahun. orangtua memandikan dan merawat kita. Sebagai balasannya, kita malah menangis di tengah malam.
- Saat kita berusia 2 tahun. orangtua mengajari kita berjalan. Sebagai balasan, kita malah kabur ketika orangtua memanggil kita.
- Saat kita berusia 3 tahun. orangtua memasakkan makanan kesukaan kita. Sebagai balasannya, kita malah menumpahkannya.
- Saat kita berusia 4 tahun. orangtua memberi kita pensil berwarna. Sebagai balasannya, kita malah kita malah mencoret-coret dinding dengan pensil tersebut.
- Saat kita berusia 5 tahun. orangtua membelikan kita baju yang bagus-bagus. Sebagai balasannya, kita malah mengotorinya dengan bermain-main lumpur.
- Saat kita berusia 10 tahun. orangtua membayar mahal-mahal uang sekolah dan uang les kita. Sebagai balasannya, kita malah malas-malasan bahkan bolos sekolah.
- Saat kita berusia 11 tahun. orangtua mengantarkan kita ke mana-mana. Sebagai balasannya, kita malah tidak mengucapkan salam ketika keluar rumah.
- Saat kita berusia 14 tahun. orangtua pulang kerja dan ingin memeluk kita. Sebagai balasannya, kita malah menolak dan mengeluh, "Papa, Mama, aku sudah besar!"
- Saat kita berusia 17 tahun. orangtua sedang menunggu telepon yang penting, sementara kita malah asyik menelepon teman-taman kita yang tidak penting.
- Saat kita berusia 18 tahun. orangtua menangis terharu ketika kita lulus SMA. Sebagai balasannya, kita malah berpesta semalaman dan baru pulang keesokan harinya..
- Saat kita berusia 19 tahun. orangtua membayar biaya kuliah kita dan mengantar kita ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kita meminta mereka berhenti jauh-jauh dari gerbang kampus.
- Saat kita berusia 22 tahun. orangtua memeluk kita dengan haru ketika kita wisuda. Sebagai balasan, kita malah bertanya kepadanya, "Papa, Mama, mana hadiahnya? Katanya mau membelikan aku ini dan itu?"
- Saat kita berusia 23 tahun, orangtua membelikan kita sebuah barang yang kita idam-idamkan. Sebagai balasan, kita malah mencela, "Duh!Kalau mau beli apa-apa untuk aku, bilang-bilang dong pah!"
- Saat kita berusia 27 tahun, orangtua membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasan, kita malah pindah ke luar kota, meninggalkan mereka dan menghubungi mereka hanya dua kali setahun.
- Saat kita berusia 30 tahun, orangtua memberi tahu bagaimana merawat bayi. Sebagai balasan, kita malah berkata,"Papa, Mama zaman sekarang sudah beda. Nggak perlu lagi cara-cara kaya dulu."
- Saat kita berusia 40 tahun, orangtua sakit-sakitan dan membutuhkan perawatan. Sebagai balasan, kita malah beralasan,"Papa, Mama, aku sudah berkeluarga. Aku punya tanggung jawab terhadap keluargaku."
- Dan entah kata-kata apalagi yang pernah kita ucapkan kepada orangtua kita. Bukan mustahil, itu yg menyumbat rezeki dan kebahagiaan kita selama ini.
Kita sadar selama ini banyak menentang orang tua. Kita merasa lebih have fun sama teman-teman daripada sama orang tua. Padahal orang tua lah yg sebenernya paling care sama kita, kebutuhan apa pun selalu mereka usahakan untuk kita. Tapi apa balasan kita, selama ini cuma nyusahin mereka aja. Tapi kita selalu berharap suatu saat kita bisa memberangkatkan mereka ke tanah suci, Amin.
Mungkin ada benarnya juga sih, kadang usaha kita juga tersendat-sendat. Setelah di pikir-pikir, mungkin kita perlu pendekatan lebih kepada orang tua. Pepatah abadi juga mengatakan, "surga ada di bawah telapak kaki ibu". So, semoga kita-kita semua mau berubah, untuk selalu berbakti pada orang tua kita, seburuk apa pun mereka, tetap mereka adalah yang membuat kita terlahir ke dunia ini dan merekalah yang mengajari kita ketika kita tidak tahu apa-apa.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=11937881
Advertisement